Sumbawa, infoaktualnews.com – Komisi II DPRD Kabupaten Sumbawa menggelar rapat Dengar Pendapat dengan Pimpinan Cabang Kantor Perum Bulog Sumbawa pada hari Rabu, 30 April 2025, untuk membahas permasalahan serapan jagung dan gabah yang dihadapi petani di wilayah Kabupaten Sumbawa. Rapat yang berlangsung di Ruang Rapat Komisi II DPRD Kabupaten Sumbawa ini dihadiri oleh Pimpinan dan Anggota Komisi II DPRD, yakni I Nyoman Wisma SIP, Muhammad Tahir SH, Zohran SH, Ridwan SP M.Si, Ahmad Nawawi, Ademudhita Noorsyamsu SAP, Muhammad Zain SIP, dan Ida Rahayu SAP, serta Pimpinan Cabang Bulog Sumbawa, Zohri Hanafi.
Ketua Komisi II DPRD I Nyoman Wisma membuka rapat menyampaikan apresiasi atas kinerja Bulog menyerap hasil pertanian sesuai instruksi Presiden terkait serapan hasil panen, namun menyoroti bahwa implementasi di tingkat daerah belum diterima secara utuh. Dewan Wisma akrab disapa Ketua Komisi II dari PDI Perjuangan juga menyoroti harga jagung dan gabah di tingkat petani yang belum sesuai HPP dan target serapan Bulog yang dinilai rendah hanya 5% dari total produksi di Sumbawa.
Dalam rapat tersebut, Sekretaris Komisi II DPRD Zohran mendesak Perum Bulog untuk memberikan langkah konkret mengatasi sisa stok jagung tahun 2024 sebanyak 26 ribu ton yang menghambat serapan panen baru. Wakil Ketua Komisi Muhammad Tahir juga mempertanyakan dasar hukum penetapan kadar air (KA) 14 persen sebagai standar pembelian jagung, mengingat potensi kesulitan petani dalam mencapai standar tersebut tanpa biaya tambahan.
Atas hal tersebut Pimpinan Cabang (Pinca) Bulog Sumbawa, Zohri Hanafi, menjelaskan bahwa pihaknya siap melaksanakan tugas pembantuan menyerap Gabah dan Jagung dengan personel yang tersedia dan anggaran yang memadai. Kendala utama saat ini adalah sisa stok jagung tahun 2024 yang belum bisa dikeluarkan sebanyak 26.000 Ton. Bulog telah mengajukan pelepasan stok sejak September lalu namun belum ada perintah lebih lanjut. Pihaknya juga tengah berupaya mencari gudang tambahan untuk menampung serapan baru dengan target 23 ribu ton.
“Target serapan gabah untuk Kabupaten Sumbawa tahun ini adalah 48.100 Ton setara beras atau 96.000 Ton Gabah Kering Panen (GKP). Sementara yang sudah terserap 39.000 ton GKP atau 19.000 ton setara beras. Bulog masih terus menyerap gabah petani sejumlah 57 ribu ton atau setera beras 29 ribu ton untuk mencapai 48 ribu ton beras.
Namun, kendala gudang mitra yang penuh gabah menjadi perhatian.
Sedangkan jagung tahun ini target serapannya sebesar 23.000 ton dengan Kadar Air (KA) 14 persen. Bulog menyambut baik usulan DPRD agar penjualan stok lama di luar mekanisme lelang” ujarnya.
Terkait pembayaran dilakukan melalui CMS (Cash Management System), Zohri menjelaskan kebutuhan KTP petani sebagai lampiran administrasi untuk kelengkapan proses audit dan verifikasi lapangan.
Dia mengakui bahwa proses ini harus cepat untuk menghindari ketidaksesuaian antara fisik dan administrasi saat audit.
Terkait harga, Bulog membeli dengan harga HPP (Rp 5.500 untuk jagung kering pipil dengan kadar air 14 % dan tambahan biaya angkut Rp 200/kg bagi petani yang mengantarkan ke gudang Bulog.
Dalam sesi diskusi, Pimpinan Komisi II DPRD, menyarankan agar Bulog segera berkoordinasi dengan Bapanas terkait penjualan stok lama dan siap mendampingi ke Jakarta bersama Pemda.
Anggota Komisi II DPRD Kaharuddin Z menegaskan bahwa persiapan gudang harus menjadi attensi serius karena sebagai alasan belum dimulainya penyerapan. ” Kondisi di Moyo Hulu dan wilayah selatan juga masih panen, Kami di Komisi II sesuai tupoksinya tetap mengawasi hal ini agar jangan berlarut -larut tidak ada solusinya. Segera serap Jagung petani” ujarnya
Anggota Komisi II Muhammad Zain juga menyoroti belum maksimalnya serapan gabah di wilayah selatan dan adanya keluhan petani terkait harga di bawah HPP yang dibeli oleh rekanan Bulog. Dewan Rozi akrab disapa meminta Bulog untuk berkomunikasi dengan mitra agar petani bisa menjual dengan harga minimal Rp 6.500.” perlu di perhatikan pembayarannya juga agar jangan lama -lama baik harga komoditas maupun jasa angkutnya. Dilapangan banyak keluhan kepada kami akan lamanya bahkan hampir sebulan berjalan belum terbayar jasa angkut” sebutnya .
Anggota Komisi II DPRD, Ridwan SP M.Si, menyoroti biaya pengeringan jagung untuk mencapai KA 14% yang menjadi beban petani. Ia meminta Bulog untuk mengatur teknis pembiayaan agar serapan jagung petani dapat segera terealisasi dengan pembayaran yang jelas. “Petani sekarang menjemur jagung diatas terpal dan aspal, insya Allah dengan terik matahari dan cuaca cerah di Sumbawa selama dua sampai tiga hari bisa memperoleh KA 14 persen. Maka harus ada titik temunya, Petani sudah berusaha payah menanam hingga panen, dengan biaya dan tenaga tidak sedikit, maka Bulog harus mulai menyerap jagung dan menyiapkan kesiapan anggaran. Kalau ditunda – tunda keburu habis dan rugi petani” pungkasnya
Pinca Bulog menjelaskan bahwa pembeli di luar Bulog juga merupakan bagian dari pengusaha beras.Bulog merasa disalahkan ketika masyarakat menjual jagungnya di bawah HPP kepada pihak lain. Pinca Bulog mengakui cukup kelabakan menghadapi panen tahun ini yang serentak di semua wilayah dengan keterbatasan personil, sehingga kemampuan serapan Bulog terbatas.
Disampaikan bahwa pada awalnya Bapanas belum mengeluarkan secara spesifik kadar air yang menjadi acuan pembelian jagung, namun petunjuk teknis mengarahkan untuk membeli dengan KA 14%. Sehingga Bulog berharap KA jagung di tingkat petani sudah mencapai 14%.
Wakil ketua Komisi II Muhammad Tahir menyanggah bahwa KA 14% sulit dicapai oleh sebagian petani.Dirinya menanyakan apakah Bulog tidak akan menerima atau menyerap jagung jika KA-nya di atas 14%. Demikian juga Ida Rahayu menambahkan bahwa fokus pada penyerapan jagung harus segera, mengingat saat ini sedang panen raya. Kalau memang harus berkadar air 14 persen maka biaya pengeringan sepenuhnya ditanggung petani, sehingga Bulog membayar ke Petani bukan ke mitra hasil jagungnya” jelas Ida.
Pinca Bulog menjawab bahwa untuk jagung belum ada mitra pengering seperti gabah dan beras. Meskipun demikian Bulog siap memfasilitasi Petani diarahkan untuk bekerja sama dengan pengusaha corn dryer. jika KA jagung sudah 14%, Bulog wajib membeli dan menjemput. Namun, untuk KA di atas itu, pihaknya belum bisa memberikan penjelasan lebih lanjut. “Memang sudah ada wacana kerjasama dengan pihak mitra corn dryer dengan sistem maklon. Ini yang kami belum bisa jabarkan karena juknisnya belum ada” imbuhnya.
Atas permasalahan gudang,Perum Bulog sedang mencari dan mempersiapkan.Sampai hari ini sudah ada dua gudang yang dipersiapkan yakni di Plampang dan Utan dari kebutuhan gudang sebanyak 15 gudang.
“Masalah gudang. Yang bertanggung jawab adalah Bulog, boleh siapapun mengusulkan dan Tim yang akan memferikasi pemenuhan persyaratan gudang diantaranya adalah Pemilik Gudang mengajukan penawaran sewa gudang, kondisi gudang terawat (kondisi baik), tersedia Pallet/Flounder, tersedia timbangan, tersedia APAR (Alat Pemadam Api Ringan), Airasi dan sirkulasi udara baik, kondisi gudang bebas banjir dan area bongkar muat tersedia dan kapasitas minimum 500 ton dalam bentuk kemasan karung dan maksimum tidak dibatasi.
Diakhir pertemuan diperoleh beberapa kesimpulan dan rekomendasi diantaranya Pertama ; Meminta Bulog agar segera mempercepat serapan jagung petani sesuai dengan HPP yang telah ditetapkan Rp 5500 perkilogram jagung kering pipil dengan kadar air 14 % yakni mulai hari Jumat 2 Mei 2025.
Kedua: Terkait Fasilitasi Petani, Bulog bersedia membantu memfasilitasi kemitraan antara petani dengan pihak pengusaha pengering jagung (corn dryer ) untuk mencapai standar Kadar Air (KA) yang dipersyaratkan sebesar 14 persen yang dibebankan pembiayaannya kepada petani.
Ketiga : Meskipun terdapat ketentuan Mou penyerapan Gabah dari pusat yang berakhir per tanggal 30 April, Bulog menyatakan komitmennya untuk tetap menyerap sesuai kebutuhan, dengan komparasi target serapan gabah untuk Kabupaten Sumbawa adalah 48.000 ton setera beras atau 96.000 ton Gabah Kering Panen (GKP), sementara baru terserap 39.000 ton Gabah Kering Panen (GKP) atau setara 19.000 ton beras. Oleh karena itu Bulog masih terus menyerap gabah petani kering panen sejumlah 57.000 ton GKP atau setera beras 29 ribu ton untuk mencapai 48 ribu ton beras.
Sedangkan untuk jagung target serapan tahun 2025 sebesar 23.000 ton dengan Kadar Air (KA) 14 %.
Keempat : Terhadap Biaya Transportasi atau jasa angkut meminta Perum Bulog Kabupaten Sumbawa agar mengevaluasi dan segera merealisasikan pembayaran biaya transportasi bagi petani yang telah menjual hasil panennya sesuai dengan kesepakatan
Kelima : Meminta Perum Bulog agar segera berkoordinasi dengan Bapada Pangan Nasional (Bapanas) di Jakarta bersama Pemerintahan Daerah untuk mencari solusi pelepasan stok jagung tahun 2024 di luar mekanisme lelang. (IA)