Mataram – infoaktualnews.com NTB | Tokoh Puri Agung Pamotan Cakranegara, Anak Agung (AA) Made Jelantik Baharyang Wangsa, menyambangi pihak keluarga beserta istri dan anak almarhum Anggota Kopasgat Lanud Medan asal NTB, Lettu Kes Ida Bagus Dody, di kelurahan Sapta Marga, Cakranegara, Kamis (12/06/2025).
Kedatangan tokoh Puri Agung Pamotan, bersama rombongan para tokoh Hindu Lombok lainnya. Diantaranya pakar hukum I Gusti Putu Ekadana, Ketua Majelis Agung Windu Sesukertaning Jagat Lombok, I Gede Gunawan Wibisana, perwakilan Puskor Hindunesia, IM. Putu Sudiartha H., dan perwakilan tokoh pemuda
Kedatangannya ini bertujuan untuk menyampaikan ucapan belasungkawa atas kematian anggota Kopasgat tersebut. Pihak keluarga terutama istri almarhum, Tara, menyampaikan terima kasih atas kepedulian puri.
Pada momen pertemuannya dengan AA Made Jelantik, istri almarhum ditemani keluarga mengungkapkan kesedihan dan kekecewaan yang mendalam atas klaim pihak Lanud Medan yang menyebut kematian mendiang suaminya disebabkan bunuh diri, tanpa terlebih dahulu melalui proses penyelidikan dan penyidikan.
Begitu juga dengan kakak kandung almarhum, Dayu. Ia lalu mengulas awal mula kecurigaan keluarga atas adanya indikasi kekerasan yang menjadi penyebab kematian adiknya, hingga muncul permintaan autopsi di RSUD Provinsi NTB. Kata Dayu, Kecurigaan keluarga bermula dari hasil Visum Et Repertum.
“Visum Et Repertum meski pemeriksaan luar harus het toto. Yaitu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tapi ini hanya menggambarkan kepala, cairan di bekas celana, tidak ada feses,” ulasnya.
Kecurigaan lainnya, pihak keluarga diberitahu oleh perwakilan Lanud Medan yang membawa jenazah ke Lombok, bahwa pakaian yang dikenakan almarhum saat ditemukan menggantung di rumah dinasnya, hilang di rumah sakit Lanud Medan. Kecurigaan kian menguat ketika istri dan keluarga menyaksikan adanya luka memar dibagian mata dan pelipis sebelah kanan jenazah.
“Akhirnya keluarga berdiskusi dan memutuskan untuk meminta autopsi di RSUD Provinsi NTB ke kesatuannya di Medan. Awalnya terhambat karena sudah tanda tangan surat pernyataan menolak autopsi di Medan, tapi kami tetap lakukan komunikasi dan akhirnya difasilitasi,” bebernya.
Hasil autopsinya mengejutkan pihak keluarga, almarhum tewas akibat adanya kekerasan benda tumpul, mati lemas, lalu digantung. Kemudian luka hematoma di bagian kepala dan mata, bagian tangan luka lecet, bagian punggung juga terdapat luka memar. Dokter forensik juga membenarkan bahwa ada tanda-tanda perlawanan almarhum.
“Penyerahan hasil autopsi dihadiri saya, penyidik POM Lanud Bizam. Dan saat itu, dokter forensik menyatakan siap di BAP. Tapi sampai sekarang, kami tidak dikabari perkembangan hasil penyelidikannya. Kami selaku keluarga tidak pernah diminta keterangan,” kesalnya
“Untuk barang-barang adek kami yang disita penyidik tidak dirincikan secara resmi dan tertulis, untuk kami tanda tangani. Hanya sekedar foto lewat seluler,” sambungnya.
Istri almarhum, Tara dengan nada lirih mengeluhkan, selama kematian suaminya, dirinya dan dua anaknya, tidak pernah mendapatkan hak-hak yang seharusnya ia terima sebagai istri seorang perwira, salah satunya berupa gaji mendiang suami, karena tuduhan bunuh diri.
“Bunuh diri dianggap menciderai kesatuan Lanud Medan,” ungkapnya.
Kendati demikian, Ia tetap berharap dengan adanya hasil autopsi ini dapat menjadi pedoman untuk mengungkap misteri kematian suaminya. “Karena sudah jelas kematian adik saya akibat adanya kekerasan, bukan gantung diri. Hasil autopsi sudah dijelaskan secara rinci,” desaknya.
PURI AJAK TOKOH HINDU BERSATU BANTU UNGKAP KASUS
Sementara itu, Tokoh Puri Pamotan, AA Made Jelantik mengungkapkan, kedatangannya murni didorong rasa keperdulian terhadap umat Hindu Lombok. Terlebih lagi, almarhum merupakan putra terbaik NTB yang telah banyak memberikan kontribusi kepada negara melalui kesatuannya di Medan.
Ia terkejut dan sangat sedih, setelah mendengar secara langsung kronologis peristiwa hingga rincian hasil autopsi RSUD Provinsi NTB terhadap jenazah almarhum. “Saya merasa sangat sedih mendengar ada musibah yang seperti ini di lingkup militer,” ungkapnya.
Sejak mencuatnya khabar soal misteri kematian anggota Kopasgat tersebut melalui media massa, Puri Agung Pamotan tetap memantau perkembangan hasil penyelidikan dan penyidikan. “Dari awal saya mengetahui kasus ini, kematian almarhum menurut saya nggak masuk akal,” nilainya.
“Tapi kalau belum bertemu keluarga, saya nggak berani bicara, nanti dikira cari panggung dan diisukan ada kepentingan politik, saya tidak suka itu,” tegasnya.
Ia mengajak seluruh tokoh Hindu dan pihak-pihak lainnya, terutama yang berada di Lombok untuk bersatu dalam rangka mendorong kasus kematian almarhum segera terungkap dan pihak keluarga bisa mendapatkan keadilan.
“Mari kita bersama-sama menuntut keadilan, jangan sampai karena militer dianggap berat. Yang penting hari ini kita bisa bertemu dan mendengar langsung dari keluarga. Mungkin dengan jalan ini kita bisa berjuang bersama-sama,” ajak AA Made Jelantik.
SUARAKAN MOSI TIDAK PERCAYA, KASAU DIDESAK AMBIL ALIH
Pakar Hukum, I Gusti Putu Ekadana menilai, kedatangan dan kesediaan Puri Agung Pamotan dalam membantu mengungkap kasus kematian anggota Kopasgad Medan asal NTB ini, merupakan tanggung jawab moral sebagai raja umat Hindu.
Hal ini sekaligus sebagai gambaran atas rasa kekecewaan para tokoh Hindu Lombok, terhadap ketidakjelasan proses penanganan kasus kematian almarhum yang dilakukan pihak Kopasgat Lanud Medan.
Berbeda jauh dengan kasus kematian Brigadir Nurhadi, seorang perwira yang bertugas di Bidpropam Polda NTB. Dalam hitungan Minggu, kasusnya mengalami perkembangan dan pihak penyidik kepolisian transparan menyampaikan bukti yang ditemukan kepada keluarga almarhum.
“AA Made Jelantik sebagai raja umat Hindu pun menilai bahwa belum ada kepastian kematiannya disebabkan bunuh diri. Penyebab kematian inilah yang kita kejar untuk kita tangani bersama-sama. Dan Puri akan turun tangan menunjuk siapa pun tokoh-tokoh baik pengacara serta tokoh masyarakatnya,” tegasnya.
Menurutnya, Lanud Medan telah keliru dalam menangani kasus tersebut, sampai-sampai memastikan bahwa penyebab kematian yang bersangkutan disebabkan bunuh diri, tanpa diautopsi terlebih dahulu. Apalagi baju yang terakhir dikenakan almarhum hilang secara misterius, serta adanya surat penolakan autopsi.
“Soal upaya autopsi, (Keluarga,red) kayak dijejali begitu saja dengan adanya surat penolakan itu, dalam keadaan panik terus dibiarkan, di mana akan ditemui keadilan. Omong kosong penyelidikan itu jika pakaian yang dikenakan hilang begitu saja,” timpalnya.
“Terus saksi mati yang seharusnya bisa bicara melalui hasil autopsi itu tidak dilakukan. Setuju atau tidak setuju keluarga, demi hukum harus dilakukan Autopsi oleh komandannya di Medan,” tegasnya.
Karenanya, dia bersama para tokoh Hindu Lombok menyuarakan mosi tidak percaya atas tindakan penyelidikan Lanud Medan dan mendesak agar Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) mengambil alih kasus ini.
“Kami tidak percaya lagi Lanud Medan, karena cara penyelidikannya sudah amburadul dan konyol. Besok kami akan bersurat resmi supaya kasus ini diambil alih Kasau,” tandasnya.
( Team )