Sumbawa, Infoaktualnews.co – Sebuah kegiatan istimewa bertajuk Bedah Buku “Dari Sumbawa Menggapai Puncak Eiffel” digelar atas prakarsa Anggota DPR RI Komisi IV, H. Johan Rosihan, S.T., di Aula H. Madilaoe ADT Lantai III, Kantor Bupati Sumbawa. Buku karya Nurdin Ranggabarani, S.H., M.H. ini mengangkat kisah hidup Dr. H. Lalu Mala Sjarifuddin, S.H., DESS., tokoh besar kelahiran Desa Jotang, Kecamatan Empang, yang dikenal sebagai doktor pertama asal NTB, penggagas otonomi daerah Indonesia, sekaligus mantan Duta Besar RI untuk Prancis. Dalam acara tersebut, Bupati Sumbawa, H. Syarafuddin Jarot, M.P., menyampaikan bahwa kisah inspiratif ini layak menjadi bacaan wajib di sekolah-sekolah.
Kegiatan yang berlangsung pada Senin, 16 Juni 2025 ini dihadiri oleh tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, akademisi, budayawan, kepala sekolah, mahasiswa, pelajar dan para pegiat literasi. Antusiasme peserta mencerminkan tingginya apresiasi masyarakat terhadap sejarah dan tokoh-tokoh inspiratif dari Sumbawa.
Dalam sambutannya, Bupati Sumbawa, Ir. H. Syarafuddin Jarot, M.P., yang juga berasal dari Kecamatan Empang, menyampaikan rasa bangganya terhadap sosok Dr. Mala yang tidak hanya menjadi inspirasi bagi masyarakat Sumbawa, tapi juga menjadi bagian dari sejarah besar bangsa Indonesia. “Kisah beliau bukan sekadar catatan masa lalu, tapi bahan bakar harapan dan keberanian bagi anak-anak Sumbawa hari ini,” ujar Bupati.
Menurut H. Jarot, semangat, ketekunan, dan kontribusi besar Dr. Mala kepada bangsa merupakan nilai-nilai yang harus dikenalkan kepada generasi muda. Oleh karena itu, ia berharap buku ini bisa menjadi bagian dari bahan literasi di sekolah-sekolah. “Kisah ini harus jadi literasi di sekolah. Anak-anak kita perlu tahu, dari tanah kecil di Jotang, bisa tumbuh seorang pemikir besar yang menggagas arah otonomi bangsa,” tegasnya.
Sementara itu, Anggota Komisi IV DPR RI dan Wakil Ketua Banggar MPR RI, H. Johan Rosihan, ST, menyebut buku ini sebagai pengingat bahwa anak-anak desa tidak boleh merasa minder. Ia menyoroti bagaimana disertasi Dr. Mala tentang pemerintahan lokal di Indonesia, yang ditulis dalam bahasa Prancis pada tahun 1970-an, kemudian menjadi pijakan pemikiran otonomi daerah yang diadopsi dua dekade kemudian dalam UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. H. Johan juga menyinggung pentingnya semangat Dr. Mala dalam konteks perjuangan pembentukan Provinsi Pulau Sumbawa. Ia pun memberikan apresiasi atas kerja keras penulis buku, Nurdin Ranggabarani, yang melakukan riset hingga ke Prancis untuk menyatukan potongan-potongan sejarah Dr. Mala yang sempat tercerai-berai.
Penulis buku, Nurdin Ranggabarani, menceritakan proses panjang dan penuh tantangan dalam menyusun buku ini. Banyak sumber yang tidak tersedia, bahkan keluarga Dr. Mala sempat pesimis buku ini akan selesai. “Kalau tidak didokumentasikan, kita akan kehilangan sejarah. Dan lebih dari itu, kehilangan motivasi dan inspirasi bagi generasi kita,” ungkapnya.
Kegiatan bedah buku ini menjadi momentum penting untuk menghidupkan kembali semangat dokumentasi sejarah lokal dan literasi kepahlawanan dari daerah. Kehadiran para tokoh, akademisi, hingga generasi muda menunjukkan bahwa kisah hidup Dr. Mala masih relevan, inspiratif, dan sangat layak dikenang serta diwariskan.
Dr. H. Lalu Mala Sjarifuddin lahir di Empang, 18 November 1932. Ia menempuh pendidikan S1 di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, melanjutkan S2 dan S3 di Paris, dan lulus dengan predikat Summa Cum Laude. Menguasai lebih dari tujuh bahasa asing dan berbagai bahasa daerah, beliau adalah cendekiawan Sumbawa yang mampu menjembatani lokalitas dan globalitas—dari Jotang ke Paris, dari Sumbawa untuk Indonesia. (IA)