SUMBAWA, infoaktualnews.com – Wakil Ketua III DPRD Kabupaten Sumbawa, Zulfikar Demitry, S.H., M.H., menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang mendalam.
“Saya sangat senang dan menyampaikan terima kasih karena Museum Bala Datu Ranga menyampaikan pandangan-pandangannya tentang pelestarian dan pengembangan kebudayaan, salah satunya kesenian tradisional dan perlindungan *heritage* di Sumbawa,” ungkap Zulfikar akrab disapa.
Lanjutnya, Ia menegaskan pentingnya inisiatif seperti ini. tidak banyak museum ada di Sumbawa, nah Museum Bala Datu Ranga hadir pada hari ini mengangkat topik obrolan yang sangat diperlukan.
“Insha’Allah, saya akan mendukung semua program publik yang diinisiasi oleh Museum Bala Datu Ranga, karena sangat sejalan dengan visi misi dari Pemerintah Jarot-Ansori Bupati dan Wakil Bupati yaitu pemajuan kebudayaan melalui peningkatan literasi budaya dan kualitas ekonomi masyarakat lokal,” ucap Fikar.
Prinsip dari program publik ini, terang Fikar, pelestarian budaya lokal, regenerasi pelaku seni dan pegiat budaya, serta peningkatan kualitas hidup masyarakat dari sisi edukasi maupun kesejahteraan ekonomi.
Menurutnya, presentasi dan dengar pendapat ini menjadi langkah awal sinergi antara museum swasta dan pemerintah (eksekutif maupun legislatif) untuk melahirkan program publik yang berkelanjutan. Komitmen dan dukungan pendanaan dari pemerintah sangat besar artinya untuk pengembangan fasilitas, sarana, dan prasarana Museum Bala Datu Ranga ke depannya.
“Insha’Allah, kami dukung. Program bagus di bidang kebudayaan sangat jarang kita dengar. Apalagi yang disampaikan oleh Museum Bala Datu Ranga ini sudah ada peta jalan yang jelas. Semoga bisa menjadi salah satu program unggulan daerah. Demi Pelestarian Budaya Sumbawa,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Museum Bala Datu Rangga, Yuli Andari Merdikaningtyas, MA., menyampaikan bahwa, perubahan paradigma museum dalam tiga tahun terakhir. “Jika dulu, museum hanya berorientasi pada pengadaan dan pengelolaan koleksi, kini mulai bergeser kepada bagaimana publik atau khalayak dapat berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang diinisiasi museum,” ungkapnya.
Diungkapkan Yuli, museum ini baru berusia tiga tahun, Museum Bala Datu Ranga mencoba melakoni paradigma baru ini. Salah satu terobosan dengan menciptakan program publik yang edukatif, atraktif, interaktif, dan inovatif.
“Kami berupaya untuk membuat museum kembali hidup dan tidak lagi tampak bisu,” cetus Yuli.
Karena itu, ada lima program unggulan guna dorong ekosistem kebudayaan lokal. Tahun 2025, dengan dukungan dari Kementerian Kebudayaan, Dana Indonesiana, dan LPDP RI, Museum Bala Datu Ranga menerapkan lima program publik utama yakni Museum Bergerak, Belajar Bersama Seniman dan Praktisi di Museum, Podcast di Museum (PODEUM), Sumbawa Heritage Walk (SHW) dan Movie at the Museum. bebernya.
Kelima program tersebut dirancang dengan target sasaran yang berbeda namun saling bersinergi, dengan harapan menjadi embrio pembentukan ekosistem kebudayaan lokal di Sumbawa. Salah satu contoh adalah program “Movie at the Museum” yang pada 19 Juli lalu sukses mengangkat tema keberagaman melalui pemutaran film pendek karya pelajar Sumbawa. ujar Yuli. (IA)










