SUMBAWA, infoaktualnews.com -Dwi Rahayu ST MM itulah nama lengkapnya. Mbak Dwi sapaan akrabnya yang kini dipercayakan memegang jabatan Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumbawa.
Mbak Dwi memang dikenal familiar di mata lahir dan mata hati teman-teman dan sejawatnya di tempat kerja maupun di lingkungan pergaulannya. Lantaran pergaulannya yang familiar itulah, Mbak Dewi memandang hidup dengan rasa syukur. Menjadi indah dan damai. Sejuk menyejukkan. Teduh meneduhkan.
Tenang menenangkan.Hari-harinya adalah hari yang baik. Bekerja, berkeringat dan berjerih payah adalah kepuasan dan kemuliaan hidup, karena dijalani dengan bersyukur keharibaan Ilahi Rabbi, Tuhan yang maha pemurah dan maha pemberi rejeki.
“Jika kita tidak mampu bersyukur,semua yang baik dan indah akan menjadi buruk dan menyakitkan,” ucapnya sarat makna filosofis, saat bincang santai bersama sejumlah wartawan diruang kerjanya, Selasa (19/8).
Anatomi pikiran dan pandangannya sebagai ASN karir, ia maknai tugas dan pekerjaan apapun yang dikerjakan adalah pengabdian. Bukan beban. Bukan kejenuhan. Apalagi kegelisahan.Ia pun mengartikulasikan sebuah tugas yang dikerjakan bukan kejenuhan, meski pekerjaan rutinitas bisa saja menjenuhkan. Tapi karena kuatnya rasa pengabdian disertai tanggung jawab, membuat semuanya dilakoni seperti air mengalir.
Tanpa rintangan, Kesulitan sebesar apapun akan terasa wajar bagi jiwa yang tetap bersyukur daripada mengeluh, adalah resep mujarab Dwi menjalani hidup. Termasuk dalam meniti karirnya sebagai seorang pejabat dengan jabatan kini, Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sumbawa.
Jabatan yang baru ia sandang pada awal Agustus ini, setelah 1/4 abad menjadi ASN yang diawali dari bawah. Jabatan barunya ini, sangat ia sadari adalah amanah. Kepercayaan dari Bupati Sumbawa Syarafuddin Jarot. Karena kepercayaan, ia mengucap syukur.
“Bukan karena kebahagiaan yang menjadikan diri kita bersyukur,tetapi rasa bersyukurlah yang menjadikan kita berbahagia,” ujarnya, lagi-lagi kental makna filosofis.
Dwi Rahayu lahir di Makasar tahun 1972 dari ayah H. Sadjarwo asal Delanggu, Kabupaten Kelaten dan ibu asal Boyolali, Jawa Tengah. Ia tumbuh dan besar di Sumbawa Besar, ibu kota Kabupaten Sumbawa, yang kala itu sang ayah menjabat Kepala PU (kini PUPR) Sumbawa.
Meski berdarah Jawa, tapi jiwa dan semangat ke Sumbawaannya begitu tinggi. Begitu mendalam bersemayam di kolong batinnya.
*Dimulai dari Niat Segala sesuatu dimulai dari niat*
Disitulah letak arah perjalanan hidupnya di usia 53 tahun kini. Sebab, bagi Dwi, nawaitu bukan sekadar bisikan hati, melainkan kompas jiwa yang menuntun langkah.Ia berpandangan, boleh saja kita gagal, jatuh, bahkan terpuruk berkali-kali, namun bila niatnya benar, maka setiap kegagalan hanyalah cambuk untuk bangkit lebih kuat, bukan vonis akhir dari perjuangan.
Karena itu, lanjutnya, jangan hanya berdoa agar sukses. Doakan pula agar setiap niat yang tumbuh dari hati senantiasa luhur dan suci. Biarlah hasil akhir menjadi rahasia Allah, tetapi prosesnya mesti kita jalani dengan integritas, dedikasi dan loyalitas kinerja sebagaimana ditanamkan sang ayah, yang telah menghadap Sang Pencipta.
Niatkan untuk memberi kontribusi, sekecil apa pun itu, dengan balasan yang tidak sekadar materi, tetapi ridha dan ampunan-Nya.Sang ayah, lebih-lebih ibundanya, memberi pendidikan disiplin dalam menghadapi perjalanan hidup dengan kejujuran, kegigihan, keuletan, konsistensi, dan presisi.
Namun, ia juga menyadari, hidup tidak akan selamanya mulus. Ada badai yang akan menghadang. Ada duka yang menyergap. Ada kenyataan pahit yang kadang menghantam tanpa ampun. Di situlah akhlaq diuji untuk sabar dan bermunajat kehadapan Tuhan.Dari proses itulah lahir hikmah dari perjalanan panjang yang dijalani dengan ketabahan. Yakni, buah manis dari pimpinan: menjadi Sekretaris Bappeda di tanah Intan Bulaeng.Kami pun bertiga sebelum beranjak pamit, mengucapkan selamat menduduki jabatan baru buat Dwi Rahayu, semoga amanah dan senantiasa dalam lindungan Sang Khalik, Allah SWT. (IA)