Soal Harga Komuditas Pangan, Komisi II DPRD Sumbawa Temui Disdag NTB

Mataram, infoaktualnews.com – Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumbawa melakukan kunjungan konsultasi ke Dinas Perdagangan (Disdag) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Selasa, (9/12).

Rombongan yang dipimpin oleh Sekretaris Komisi II, Zohran, S.H., disambut langsung oleh Kepala Dinas Perdagangan NTB, Jamaludin Maladi, S.Sos., M.T., beserta jajaran untuk membahas isu stabilitas harga dan ketersediaan komoditas pangan di wilayah Sumbawa dan NTB.

Pengaruh Cuaca dan Pasokan dari Sentra Produksi

Kepala Dinas Perdagangan NTB, Jamaludin Maladi, menjelaskan bahwa fluktuasi harga komoditas pangan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu kondisi cuaca dan berkurangnya pasokan dari daerah sentra produksi.

Data pergerakan harga beberapa komoditas dalam lima minggu terakhir menunjukkan dinamika yang bervariasi. Cabai merah keriting mengalami penurunan sekitar 2%, sementara cabai merah besar relatif stabil dengan penurunan 0,3%. Cabai rawit merah mencatat kenaikan signifikan sebesar 5%, sedangkan cabai rawit hijau naik 2%. Bawang merah mengalami kenaikan 2%, dan tomat mencatat kenaikan tertinggi sebesar 13%.

Dari sisi pasokan, tren kenaikan harga juga terlihat pada beberapa komoditas. Cabai rawit merah mencatat kenaikan paling tinggi yaitu 21%, disusul tomat sebesar 8%, dan cabai rawit hijau sebesar 4%. Sementara itu, bawang merah, cabai merah besar, serta ikan kembung dan tongkol masing-masing naik sekitar 2%. Hanya cabai merah keriting yang mengalami penurunan sebesar 2%.

“Data menunjukkan bahwa tomat dan cabai mengalami kenaikan harga. Salah satu solusi jangka panjang adalah mendorong masyarakat untuk menanam sendiri komoditas yang rentan bergejolak, jika memungkinkan,” ujar Jamaludin Maladi.

Industrialisasi Pertanian sebagai Solusi

Jamaludin Maladi mencontohkan keberhasilan industrialisasi pertanian di Lombok. Dengan kehadiran bendungan seperti Batujai dan bendungan di Lombok Tengah, produktivitas lahan meningkat dari yang semula hanya bisa dipanen sekali menjadi dua kali panen.

“Dulu ketika tomat berlimpah, harganya bisa sangat rendah, hanya Rp10.000 hingga Rp20.000 untuk satu keranjang besar. Ini menunjukkan pentingnya teknologi dan industrialisasi pertanian dalam menstabilkan harga,” jelasnya.

Pola Kontrak dan Tantangan Tata Niaga

Sekretaris Komisi II, H Zohran menyoroti fenomena kenaikan harga bawang merah yang salah satunya dipengaruhi oleh sistem kontrak atau ijon.

Dalam praktik ini, kata Orek akrab disapa politisi Nasdem, pengusaha atau tengkulak membeli hasil panen bahkan sebelum komoditas dipanen dengan harga yang telah disepakati terlebih dahulu.

“Sistem kontrak ini kadang menyebabkan harga di tingkat petani kurang proporsional. Para pengusaha datang dan mengontrak hasil panen bawang merah atau cabai sebelum masa panen tiba. Pola ijon ini sudah semakin masif, bahkan di Jawa praktiknya lebih ekstrem, di mana lahan yang belum ditanami sudah dikontrak,” beber Orek.

Pola kontrak tersebut, yang umumnya terjadi karena kebutuhan petani akan modal atau pupuk, menjadi salah satu faktor kompleks yang mempengaruhi tata niaga dan stabilitas harga komoditas pangan di tingkat lokal maupun regional. pungkasnya. (*)

Mau punya Media Online sendiri?
Tapi gak tau cara buatnya?
Humm, tenang , ada Ar Media Kreatif , 
Jasa pembuatan website berita (media online)
Sejak tahun 2018, sudah ratusan Media Online 
yang dibuat tersebar diberbagai daerah seluruh Indonesia.
Info dan Konsultasi - Kontak 
@Website ini adalah klien Ar Media Kreatif disupport 
dan didukung penuh oleh Ar Media Kreatif

error: Upss, Janganlah dicopy bang ;-)