Bima, InfoaktualNews.com –
Perayaan Hut Perang Ngali Yang Ke 113 kembali digelar melalui forum diskusi yang difasilitasi oleh Karang Taruna Desa Ngali di gedung Bersama Bintang Desa Lido, Senin (15/2).
Dalam seminar tersebut hadir berbagai elemen mulai dari mahasiswa, pemuda, tokoh-tokoh masyarakat, serta aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Mubaddin Seykh.
Perayaan Hut Perang Ngali digelar setiap tahun-nya sebagai bentuk langkah untuk menghidupkan sejarah tetang perjuangan para syuhadah yang gugur di medan perang dalam mempertahankan akidah agar terbebas dari penjajahan belanda dikala itu.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Aktivis HAM Mubaddin Seykh saat diwawancarai oleh jayantara news “Perayaan Hut Perang Ngali tetap dirayakan setiap tahun-nya, saya kira ini merupakan langkah yang tepat untuk tetap merawat dan menghidupkan sejarah tentang perjuangan para syuhadah”. Ucapnya
Masih kata Mubaddin seykh “Totalitas perang Ngali adalah Melawan Kolonialisme dan ketidakadilan, Jika Kolonial dan ketidakadilan didunia ini masih ada, perang Ngali pun masih ada, dan perlawanan Ngali akan terus bangkit, entah penjajahan berubah bentuk menjadi warna Merah, Kuning, hijau dan Biru, wajib di perangi sebab Itu bentuk penjajahan gaya baru dan wajah lain dari Neoliberalisme” ungkapnya.
Selain itu Mubaddin Seykh menambahkan di seminar Hut Perang Ngali ke 113, Jangan sampai ada rekayasa narasi sejarah perang Ngali oleh kekuasaan (Istana)
“Generasi harus mendapat asupan nutrisi sejarah yang benar demi menata masa depan desa Ngali yang lebih baik, jangan sampai mereka menikmati sejarah hasil rekayasa kepentingan untuk melindungi nama kekuasaan (Istana) tutup Mubaddin Seykh. (IA-yas)












