LANGKAT, InfoaktualNews.Com- Sebagai Tradisi Lisan Langkat memiliki Seni yang sering diperdengarkan di masyarakat melayu Pesisir Pantai Timur tepatnya di Langkat di kenal dengan nama Dedeng.
Seni Tradisi Lisan Dedeng Langkat pada Tahun 2024 telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Kabupaten Langkat pada Festival WBTBi bersama 12 Kabupaten Kota di wilayah Sumatera Utara.
Pada Festival Budaya Kampung Ampera yang di laksanakan Senin (15 /12/2025) yang Diinisiasi oleh Yayasan Ujung Tanjung Langkat bersama Pelestari Budaya Kampung Ampera Dalam Jalinan Tradisi dalam Pentas Budaya dengan Tajuk Malam Berinai.
Alunann Suara Dedeng memecah suasana sebagai Pembuka Acara diiringi alunan peniup serunai ynag telah berusia ratusan Tahun .
Dedeng menjadi pentas yang menarik dirangkai dengan Seni Berpantun dan Tari Dulang yang juga merupakan Warisan Budaya Tak Benda Dari Kabupaten Langkat yang lebih dulu ditetapkan pada tahun 2018.
Lantunan Dedeng dapat dikatagorikan dalam nyanyian yang bersifat sakral dan religi, karena aktivitas bernyanyi ini bagi masyarakat Melayu Langkat pada awalnya dianggap sebagai sesuatu yang suci dan ditujukan kepada Pemilik Alam Semesta.
Dedeng bermakna bernyanyi, atau aktivitas bernyanyi dan dari seseorang atau kelompok masyarakat yang ditujukan untuk memberikan suatu perlindungan dan kesuburan, dan hasil yang melimpah dalam bidang pertanian.
Sedangkan aktivitas berdedeng lebih bermakna kepada sebuah aktivitas yang lebih khusus, yakni bernyanyi dengan harapan untuk mendapatkan hasil pertanian yang melimpah dan berinteraksi kepada alam semesta yang dipercaya dapat memberikan perlindungan dari musuh-musuh tanaman baik berupa hama tanaman maupun dari binatang buas dan juga dari binatang peusak tanaman yang tidak tampak secara kasat mata.
Jenis-jenis Dedeng Bedasarkan bentuk penyajiannya, musik vokal Dedeng pada dasarnya terbagi tiga jenis yaitu, pertama Dedeng yang dinyanyikan pada saat menebang hutan sebagai lahan perladangan baru yang disebut Dedeng Padang Reba. Nyanyian kedua yang dilakukan pada saat menamam benih padi yang disebut dengan Dedeng Mulaka Nukal. Nyanyian ketiga yang dilakukan pada saat padi telah menguning dan telah siap untuk dipanen disebut dengan Dedeng Ahoi.
Teks-teks Dedeng pada umumnya berbentuk pantun dan syair yang dinyanyikan oleh seorang pawang atau dukun dan juga para peserta yang ikut serta dalam upacara turun ke sawah.
Teks Dedeng yang berbentuk pantun dinyanyikan oleh sekelompok orang yang ikut serta dalam proses pembukaan lahan, menanam lahan dan menghasilkan hasil pertanian.
Selanjutnya teks-teks Dedeng yang berbentuk syair merupakan teks yang berbentuk pujian kepada pemilik Alam Semesta , Pantun dan syair dari teks-teks Dedeng berisi tentang himbauan, permohonan, dan harapan yang ditujukan kepada dua hal yakni kepada manusia dan kepada alam .












