SUMBAWA, infoaktualnews.com –Tokoh muda Partai Golkar, Yahandra Muslimin, menilai H. Mahmud Abdullah (Haji Mo) dan Burhanudin Jafar Salam (BJS) adalah persandingan dua generasi; “Generasi masa lalu dan generasi masa depan”. Keduanya adalah perpaduan antara kematangan dan kemahiran.
Dalam konteks kepemimpinan kepala daerah, kombinasi antara kematangan dan kemahiran ini sangat krusial untuk menjalankan pemerintahan yang efektif di tengah dinamika masyarakat dan dunia yang terus berubah.
Kemahiran mencakup kemampuan teknis, pengetahuan administratif, dan keterampilan strategis untuk merumuskan kebijakan yang relevan. Sementara itu, kematangan mencakup pengalaman, kebijaksanaan, serta kemampuan untuk memahami dan merespons kebutuhan masyarakat dengan bijak dan penuh empati.
Seorang kepala daerah yang matang mampu memimpin dengan visi yang jauh ke depan serta mempertimbangkan berbagai kepentingan.
Kematangan juga berarti memiliki integritas, ketahanan mental, dan kesadaran untuk beradaptasi, memastikan bahwa daerah yang dipimpin harus tetap berkembang di tengah hambatan dan tantangan yang kompleks sekalipun.
“Kami meyakini, keserasian tokoh ini bukan hanya sekadar akan melanjutkan pembangunan Sumbawa tapi juga akan mengakselerasi agar tumbuh lebih cepat. Haji Mo matang dan tuntas di birokrasi. Hal ini terlihat dari perjalanan karirnya. Pernah menjadi camat di beberapa wilayah, menjadi Sekretaris daerah (Sekda), menjadi Wakil Bupati, dan sampai menjadi Bupati Sumbawa. Pemahaman beliau terkait birokrasi tentu sudah tidak diragukan lagi,” papar Yahandra.
Menurutnya bahwa hal ini penting disampaikan, mengingat calon kepala daerah yang memiliki pengetahuan yang memadai terkait birokrasi akan sangat mungkin dapat merancang dan menerapkan kebijakan yang realistis dan efektif.
“Beliau paham betul bagaimana kebijakan harus diolah dalam struktur pemerintahan sehingga bisa diimplementasikan dengan baik dan akan membawa dampak positif bagi masyarakat. Nah, saat ini secara jujur kami tidak melihat pengalaman dan kompetensi ini dimiliki oleh calon-calon yang lain,”
ungkapnya.
Yahandra mengatakan, berkaca pada momentum Pilkada kali ini, banyak pertanyaan dan keraguan terhadap kinerja Haji Mo selama menjadi bupati. Itu tentu sangat wajar, karena statusnya sebagai incumbent.
Apalagi, berangkat dari kenyataan bahwa tentu tidak akan mampu sepenuhnya menyenangkan semua orang. Namun terkait kinerja, informasinya cukup jelas terbuka dan dapat diakses oleh siapa saja terutama di Bagian Pembangunan Setda Kabupaten Sumbawa.
Di sana jelas, pembangunan infrastruktur apa saja yang sudah di bangun selama Haji Mo menjadi Bupati.
Tahun 2023 pada bidang pekerjaan umum misalnya; ada Rekontruksi/Peningkatan jalan Jotang-Tero (anggaran 905,1jt), Perluasan SPAM Jaringan Perpipaan Desa Lebangkar (anggaran 415jt), Desa Brangkolong (anggaran 271jt), Desa Lape (anggaran 360jt), dan desa-desa lain dengan anggaran ratusan juta sampai milyaran rupiah.
Ada juga Lanjutan Pembangunan akses Jalan Samota (anggaran 29,5M), Pembangunan jalan Batu Dulang-Tepal (anggaran 63M). Masih banyak pembangunan infrastruktur lain yang tentu tidak mungkin saya sebutkan satu per satu dalam tulisan ini.
Data itu sudah lengkap dan milik publik, dan sekali lagi tentu dapat dibaca oleh siapa saja. Pada bidang-bidang lain juga demikian. Bidang, Kesehatan, Pertanian, Lingkungan Hidup, Kelautan dan Perikanan juga tidak luput dari sentuhan Pembangunan selama Haji Mo Memimpin Kabupaten Sumbawa.
“Hanya saja, beliau memilih jalan untuk tidak populer dengan konten-konten media yang berlebihan. Prioritas beliau hanya kerja, kerja, dan kerja,” tambahnya.
Momentum Pilkada kali ini sambung Yahandra, pencalonan Haji Mo terasa lengkap karena didampingi oleh seorang calon wakil bupati yang popularitasnya cukup mentereng. Ia adalah Burhanudin Jafar Salam, akrab di sapa BJS.
Seorang tokoh politik yang relatif muda dan telah teruji di Lembaga Legislatif. Saat ini juga sedang memimpin Partai Gelora Kabupaten Sumbawa. Dua periode menjadi anggota DPRD Kabupaten Sumbawa serta satu periode menjadi anggota DPRD Provinsi NTB menjadi modal yang cukup baik untuk saling melengkapi Bersama Haji Mo dalam tagline “Barema Mo Jatu Samawa”.
“Pada akhirnya, kami ingin tegaskan bahwa pasangan MO-BJS Bukanlah pasangan coba-coba. Pengalaman di Pemerintahan (Eksekutif-Legislatif) telah menempah mereka dengan sangat adil. Kami yakin, Pembaca yang budiman juga sepakat, bahwa Kabupaten Sumbawa yang kita cintai ini terlalu manis untuk di coba-coba,” pungkas Yahandra. (IA)